Rabu, 05 Agustus 2015

4 Kesalahan Ketika Memilih Asuransi Jiwa

4 Kesalahan Ketika Memilih Asuransi Jiwa

4 Kesalahan Ketika Memilih Asuransi Jiwa

INFORMASIDUNIAONLINE - Banyak kesalahan dalam memilih dan membeli asuransi jiwa. Akibatnya, premi jadi mahal, manfaat jauh dari optimal. Apa saja kesalahan itu dan bagaimana cara memilih asuransi jiwa terbaik?

Di Indonesia, pemilik telpon selular jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan pemilik asuransi jiwa. Kurang dari 10% masyarakat memiliki asuransi dibandingkan 90% masyarakat yang memiliki mobile phone.

Proteksi keluarga tampaknya belum penting di mata banyak orang. Kalah penting dengan gadget.

Wajar kemudian kualitas financial literacy Indonesia tidak jauh dari urutan buncit, menurut survei World Bank. Tertinggal jauh dibelakang negara tetangga, Singapura dan Malaysia.

Asuransi jiwa adalah fondasi keuangan keluarga yang sehat. Menurut data Biro Pusat Statistik, 9 dari 10 wanita menggantungkan hidup dari pasangannya.

Survei BPS menemukan 60% istri yang suaminya meninggal dunia harus menurunkan standard gaya hidup.

Banyak yang tidak mau beli karena punya persepsi bahwa beli asuransi itu mahal dan mubazir.

Asal memilih produk yang tepat, premi asuransi jiwa itu sebenarnya tidak perlu mahal. Yang paling penting adalah saat membeli bisa memilih asuransi jiwa yang tepat.

Kesalahan beli membuat asuransi tidak optimal, misalnya bayar premi terlalu mahal atau beli produk yang tidak dibutuhkan.

Apa saja kesalahan dalam memilih asuransi jiwa ?

Kesalahan#1 Uang Pertanggungan Kurang

Uang pertanggungan (UP) adalah manfaat yang dibayarkan perusahaan asuransi jika tertanggung (misal suami atau istri pencari nafkah) meninggal dunia.

Berapa uang pertanggungan asuransi jiwa Anda?

Mudah-mudahan Anda ingat. Karena banyak orang yang saya tanya, tidak tahu atau tidak ingat berapa UP dalam polis. Padahal, tujuan beli asuransi adalah proteksi UP tersebut.

Penting sekali untuk memastikan bahwa asuransi yang Anda beli memberikan UP yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

Banyak yang mengira uang pertanggungan Rp 200 juta itu besar. Nyatanya ?

Jumlah uang itu sebenarnya kecil untuk sebuah klaim pertanggungan asuransi jiwa.

Kenapa?

Andainya biaya hidup keluarga Anda Rp 10 juta per bulan, klaim uang itu hanya cukup untuk bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
Setiap tahun biaya hidup meningkat, sekarang inflasinya 6% setahun, sehingga uang pertanggungan Rp 200 juta tersebut nilainya tinggal Rp 178 juta dalam dua tahun dari sekarang. Artinya, semakin tahun manfaat uang pertanggungan itu semakin mengecil. Jadi kalau dari awal saja sudah kecil, kedepannya manfaat uang pertanggungan pasti makin kecil lagi nilainya.
Oleh karena itu nilai pertanggungan selayaknya jadi perhatian utama ketika Anda membeli asuransi jiwa. Nilainya harus cukup besar, sejalan dengan estimasi biaya hidup keluarga.

Kesalahan#2 Fokus pada Investasi Bukan Proteksi

Banyak yang beli asuransi jiwa tapi fokusnya lebih pada nilai investasinya. Pengertian berapa nilai uang pertanggungan tidak diperhatikan, apakah akan cukup atau tidak untuk melindungi keluarga tercinta.

Memang betul bahwa nilai investasi akan ditambahkan ke uang pertanggungan jika tertanggung meninggal dunia. Tapi kita harus ingat bahwa:

Investasi itu tidak pasti, berfluktuasi tergantung kinerja instrumen yang dipilih.
Dalam asuransi jiwa unit link, jika Anda memilih pembayaran premi singkat 10 tahun (cuti premi), nilai investasi akan terpotong untuk membayar biaya asuransi. Cuti premi tidak berarti gratis premi, pemotongan tetap dilakukan tapi alokasinya berpindah ke investasi.
Jadi, walaupun ada nilai investasi, yang bisa menambah uang pertanggungan, sifatnya tidak pasti.

Yang pasti jumlahnya adalah nilai pertanggungan. Itu jumlah yang dijamin oleh perusahaan asuransi.

Kesalahan#3 Belum Perlu Beli Asuransi Jiwa

Kalau diawal disebutkan bahwa tidak punya asuransi jiwa jelek, sekarang kenapa punya asuransi juga jelek.

Masalahnya tidak semua orang butuh manfaat asuransi jiwa. Kok bisa ?

Kita pahami dulu tujuan memiliki polis asuransi jiwa, yaitu memberikan manfaat (uang pertanggungan ) kepada ahli waris jika tertanggung utama meninggal dunia.

Artinya, ada orang yang hidupnya tergantung pada Anda secara keuangan, misalnya istri, anak atau orang tua, yang jika Anda meninggal dunia, mereka akan menghadapi masalah keuangan karena hilangnya sumber penghasilan sehingga dibutuhkan proteksi keuangan, yang disediakan oleh asuransi jiwa.

Dengan kata lain, kalau belum ada orang yang hidupnya tergantung pada Anda secara finansial, no point punya asuransi. Lebih baik uang untuk membayar premi dialokasikan ke hal lain yang  lebih penting dan dibutuhkan saat ini.

Salah satunya adalah Dana Pensiun. Sudah punya tanggungan atau belum, it doesn’t matter, Anda pasti membutuhkan uang untuk pensiun. Biasa lihat di Cara Menyiapkan Dana Pensiun.

Menurut survei Manulife Investor Sentiment Index, jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki program dana pensiun masih amat minim. Meskipun mengandalkan pensiun dari kantor, jumlahnya belum memadai. Penjelasan lebih lengkap di kenapa dana pensiun kantor itu tidak memadai.

Menurut survei Manulife ini, masyarakat masih mengandalkan bantuan keuangan dari anak saat pensiun.

Kesalahan#4 Salah Menulis Tertanggung

Dalam asuransi jiwa, pengertian tertanggung adalah pihak yang jika dia meninggal dunia, maka perusahaan asuransi akan membayar uang pertanggungan.

Penetapan tertanggung tidak jarang kurang tepat.

Misalnya, dalam polis anak ditetapkan sebagai tertanggung. Lain lagi, istri yang tidak bekerja ditetapkan sebagai tertanggung.

Baik anak maupun istri yang tidak bekerja, tidak memiliki risiko keuangan buat keluarga karena jika mereka mengalami musibah tidak ada sumber penghasilan yang hilang.

Dalam kasus ini, justru suami, yang merupakan pencari nafkah utama, malah tidak memiliki proteksi. Tidak menjadi tertanggung. Implikasinya, jika suami meninggal dunia, sehingga sumber penghasilan terhenti, keluarga tidak akan menerima proteksi keuangan dari asuransi.

Tertanggung sebaiknya adalah pihak yang memberikan sumber penghasilan kepada keluarga. Bisa suami maupun istri, selama memberikan penghasilan. Idealnya punya dua asuransi jiwa baik untuk suami maupun istri yang bekerja.

Banyak yang hanya membelikan satu asuransi jiwa untuk suami karena laki – laki (selalu) dianggap pencari nafkah utama. Ini cara pandang yang kurang tepat.

Kalau memang belum mampu membeli dua asuransi jiwa, pilih yang penghasilannya paling besar karena dialah yang punya risiko keuangan paling besar. Jadi bisa suami atau bisa istri. Tidak harus selalu suami.(duwitmu.com)

0 komentar:

Posting Komentar


 

Copyright © Informasi Dunia Online. All rights reserved. Template by CB Blogger & Templateism.com